Pada dasarnya oli itu berfungsi melumasi
mesin agar terhindar dari kerusakan yang diakibatkan pergesekan antara
satu part dengan part lain, sekaligus sebagai pendingin bagi mesin motor
kita. Seiiring perkembangan teknologi, produsen oli menciptakan oli
yang berkualitas tinggi, yang mampu menyesuaikan dengan teknologi
tersebut.
Ingat !….. oli untuk mobil berbeda dengan
oli untuk motor. Oli mobil biasanya dilengkapi bahan yang termasuk
kategori friction modifier. Maksudnya, sejenis aditif yang membuat
pelumasan semakin lama semakin licin. Untuk motor dengan tipe kopling
basah, penggunaan oli yang mengandung bahan friction modifier, akan
menyebabkan kopling slip. Oleh karena itu, antara oli motor dan mobil
punya standar yang berbeda.
Oli mobil biasanya mencantumkan standar
lembaga seperti ILSAC (International Legal Services Advisory Council)
atau ACEA (Association of Consulting Engineers Australia) yang fokus
mesin industri termasuk mobil.
Sedang untuk motor, ciri utamanya memakai standar JASO (Japan Automotive Standard Organization).
Jadi, apabila tertera tulisan JASO, misal JASO MA ataupun MB, maka
itu memang rekomendasi untuk motor. Sedang yang ada tulisan ACEA, API
service atau ILSAC, maka itu jelas untuk mobil.
Oli umumnya mempunya spesifikasi yang
berbeda, setiap spesifikasi oli tertera di setiap kemasan yang dikenal
dengan API Services (American Petrolium Institute) suatu lembaga
sertifikasi pelumas internasional. Kode API Service dimulai dari SA, SB,
SC, SD, SE, SF, SG, SH, SJ, SL dan yang tertinggi saat ini adalah SM.
- SF/SG/SH – untuk jenis mesin kendaraan produksi (2000-kebawah)
- SJ – untuk jenis mesin kendaraan produksi (2000 – 2004)
- SL – untuk jenis mesin kendaraan produksi (2004 – 2007)
- SM – untuk jenis mesin kendaraan produksi (2008 – keatas)
Untuk motor yang beredar di indonesia,
gradenya cukup sampai API SG saja tak perlu sampai SJ, SL apa lagi SM.
Grade SM terlampau encer, apabila digunakan untuk motor, dapat
menyebabkan slip pada sistem transmisi (kopling) karena kandungan zat
anti friction-nya terlampau tinggi, terkecuali oli tersebut telah
bersertifikat JASO, karena dirancang tidak bikin slip kopling.
BEDA OLI SINTETIK (Synthetic), SEMI SINTETIK DAN OLI MINERAL
Oli mineral umumnya terdiri atas 90% minyak
dasar (crude oil), hasil penyulingan minyak bumi, ditambah 10% campuran
bahan kimia aditif untuk meningkatkan kinerjanya. Bahan kimia yang
dipakai sebagai campuran biasanya detergen (pembersih), antioksidasi dan
Index Viscosity Imorover (campuran peningkat kekentalan). Penggabungan
unsur-unsur itu membentuk oli yang mampu melumasi mesin.
Oli sintetik, sebagian besar atau seluruhnya
terdiri atas bahan-bahan aditif. Jumlahnya menentukan jenis oli
sintetisnya. Oli sintetis penuh (full synthetic oil) mengandung 100%
bahan aditif, yaitu minyak dasar bahan kimia yang bukan dihasilkan dari
penyulingan minyak bumi.
Sedangkan oli semi sintetik dibuat dengan menggunakan minyak dasar bahan kimia dicampur oli (minyak) mineral.
Oli sintetik biasanya digunakan untuk mesin
berteknologi canggih (turbo, supercharger, dohc, etc.) juga yang
membutuhkan pelumasan yang lebih baik (racing) dimana celah antar part
atau logam lebih kecil/sempit/presisi, dimana hanya oli sintetik yang
mampu melapisi dan mengalir sempurna.
Oli sintetik tidak disarankan untuk mesin
lama, dimana celah antar part biasanya sangat besar/renggang sehingga
apabila menggunakan oli sintetik biasanya menjadi lebih boros karena oli
ikut masuk keruang pembakaran dan ikut terbakar sehingga oli cepat
habis dan knalpot berasap (ngebul).
Keunggulan oli sintetik dibandingkan oli mineral :
- Lebih stabil pada temperatur tinggi
- Mengontrol/Mencegah terjadinya endapan karbon pada mesin
- Sirkulasi lebih lancar pada waktu start pagi hari/cuaca dingin
- Melumasi dan melapisi metal lebih baik dan mencegah terjadi gesekan antar logam yang berakibat kerusakan mesin
- Tahan terhadapan perubahan/oksidasi sehingga lebih tahan lama sehingga lebih ekonomis dan efisien.
- Mengurangi terjadinya gesekan, meningkatkan tenaga dan mesin lebih dingin
- Mengandung detergen yang lebih baik untuk membersihkan mesin dari kerak
Sekarang kita kenali oli berdasarkan
kekentalannya berdasarkan kode SAE (Society of American Engineers),
yang menunjukkan kekentalan oli sesuai yang ideal buat motor.
Umumnya tingkat kekentalan untuk motor,
apabila dilihat dari kondisi iklim di Indonesia, performa mesin dan
hasil pengujian, idealnya dapat dibagi 4 jenis yaitu : SAE 20w50,
10w40, 15w40, atau 15w50. Kode ‘W’ yaitu Winter atau dingin (misalnya
15w50, artinya kekentalan 15 pada suhu dingin dan 50 pada suhu panas).
SAE 20w50
Oli mesin yang masih mampu dipakai sampai
kondisi suhu -10 s.d -15 derajat celcius (kode 20w) dan pada suhu 150
derajat celcius dengan tingkat kekentalan tertentu.
Oli jenis ini relatif kurang efisien dalam
konsumsi BBM, tetapi sangat baik dalam melindungi/perawatan mesin,
terutama untuk jalan yang macet, jarak dekat, polusi dan beban berat.
Pada kondisi ini dikenal dg istilah “boundary lubrication”, dimana pada
kondisi tersebut, lapisan oli sangat tipis diantara celah mesin yg
cenderung berpotensi terjadinya kontak antara logam dg logam.
Oli jenis ini relatif paling kecil nilai
viskositas indeksnya (VI), diantara 3 jenis oli lainnya (minimal untuk
oli mineral/semi sintetis 120, untuk sintetik 145).
Semakin banyak aditiv viscosity index
improver, semakin sensitif oli/kurang baik untuk mesin motor, utamanya
terhadap stress di gear.
VI= ukuran kemampuan suatu oli mesin dalam menjaga kestabilan
kekentalan oli mesin dalam rentang suhu dingin sampai tinggi. Semakin
tinggi VI semakin baik kestabilan kekentalannya. Untuk oli mobil, VI
tinggi akan sangat baik dimesin. Untuk motor bisa sebaliknya.
SAE 15w50
Oli mesin yang masih mampu dipakai sampai
kondisi suhu dingin (minus) -15 s.d -20 derajat celcius (kode 15w) dan
suhu 150 derajat celcius dengan tingkat kekentalan tertentu.
Jenis oli relatif sama dengan SAE 20w50.
Sedikit yg membedakan adalah sedikit lebih encer dan nilai VI lebih
tinggi dari 20w50. (minimal untuk oli mineral 130, untuk sintetik 150).
Semakin tinggi nilai VI, artinya adalah
semakin banyak pemakaian aditif peningkat angka VI. Untuk motor hal ini
sangat riskan. Aditif ini relative sensitif digunakan untuk motor yang
menyatukan oli mesin dan gigi (kopling tipe basah), artinya, oli jenis
ini relatif lebih mudah berubah kekentalannya dibandingkan 20w50.
SAE 10w40
Oli mesin yang masih mampu dipakai sampai
kondisi suhu dingin -20 s.d -25 derajat celcius (kode 10w) dan suhu 150
derajat celcius dengan tingkat kekentalan tertentu.
Jenis Oli yang relatif paling encer
diantaranya ketiga jenis oli lainnya. Oli ini relatif paling irit BBM,
tetapi kurang baik dalam perlindungan mesin. Terutama pada kondisi jalan
sering macet dan beban berat (misalnya sering berboncengan).
Relatif sama dengan SAE 15w50, dalam hal
pemakaian aditif peningkat angka VI (minimal untuk oli mineral 130,
untuk sintetis 150).
Apakah berarti paling bagus ?
Belum tentu …! Semakin banyak kandungan aditif peningkat angka VI ,
semakin besar kemungkinan peluang pecahnya aditif VI-nya dan berubah
kekentalannya. Ukuran perubahan kekentalan oli biasanya dipakai batasan
sampai 25-30% dari kekentalan awal/oli baru.
Sangat sulit memang indikatornya, sebab hanya laboratorium yang bisa memastikan hal ini.
Untuk pemakaian oli jenis ini, disarankan
untuk memperhatikan jarak pergantian oli lebih sering/awal. Kalau suara
mesin sudah berbeda sedikit….. cepat ganti…!
SAE 15w40
Oli mesin yang masih mampu dipakai sampai
kondisi suhu dingin -15 s.d -20 derajat celcius (kode 15w) dan suhu 150
derajat celcius dengan tingkat kekentalan tertentu .
Nilai VI (minimal untuk oli mineral 125,
untuk sintetik 145). Hasil pengujian di motor sebenarnya menunjukkan oli
jenis ini yg paling ideal. Oli jenis ini relatif paling stabil
kekentalannya dibandingkan yg lainnya.
Masalahnya oli jens ini jarang diaplikasikan untuk motor. Biasanya
jenis SAE ini, dipakai utk kendaraan jenis mesin diesel, yang
membutuhkan kestabilan kekekentalan dalam jarak jauh dan kondisi ekstrim
seperti pada mesin diesel.
Sebagai tambahan aditif VI adalah senyawa
kimia kopolimer (rantai panjang) yang mampu beradaptasi pada suhu rendah
dan tinggi tetapi, sensitif terhadap stress di gear.
Sumber : http://yvcbogor.wordpress.com